Page 5 - Buku Mengenal Pestisida Nabati
P. 5
Kata Pengantar
Pestisida atau bahan pembasmi hama sudah lama dikenal dalam sejarah peradaban manusia.
Bahan-bahan tersebut dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Salah satunya adalah untuk
mengendalikan serangga dan hewan pembawa bibit penyakit menular bagi manusia, misalnya
pembasmi kutu rambut, kepinding, tikus, dan nyamuk. Bahan pestisida juga digunakan dalam
pengawetan kayu agar tidak lekas lapuk dimakan rayap, dan lain sebagainya.
Seiring pertumbuhan manusia dan peningkatan kebutuhan sumber pangan, membuat
manusia mulai berpikir untuk mencari cara atau bahan pengendali organisme pengganggu
tanaman (OPT) sumber pangan. Organisme pengganggu tersebut dibagi menjadi kelompok
hama (hewan), gulma (tumbuhan), dan penyakit tanaman.
Berabad-abad lalu ketiga kelompok atau jenis organisme tersebut belum merupakan masalah
serius bagi pertanian, dan dapat dikendalikan dengan cara-cara sederhana dan menggunakan
bahan-bahan alami. Misalnya hama ditangkapi menggunakan tangan, menggunakan perangkap,
atau diusir dengan pengasapan.
Penemuan demi penemuan bahan pengendali OPT berlangsung melalui praktik dan ujicoba
yang dilakukan oleh petani di masa lalu. Banyak warisan pengetahuan tradisional atau kearifan
lokal mengenai tumbuh-tumbuhan yang dapat diramu menjadi penolak hama dan penyakit. Kini,
jenis bahan pengendali hama dari tumbuh-tumbuhan itu dikenal dengan istilah pestisida nabati.
Praktik pengendalian hama dan OPT lain yang dianggap ramah lingkungan dan tidak
mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut kemudian tersingkirkan akibat industrialisasi di
bidang pertanian. Baik dengan paksaan atau sukarela, banyak petani di negara berkembang
kemudian mengubah cara pengendalian OPT dari bahan-bahan alami ke pestisida beracun
dari bahan-bahan kimia sintetik buatan industri agrokimia.
Hal tersebut tidak terlepas dari politik dan perdagangan internasional. Di Indonesia,
pestisida kimiawi sintetik pun marak digunakan melalui program Revolusi Hijau di era Orde
Baru, sejak 1970-an hingga 1990-an. Pestisida kimiawi sintetik yang didengung-dengungkan
sebagai benda ajaib yang dapat memusnahkan OPT, ternyata pada akhirnya berdampak buruk
bagi ekologi, ekonomi, kesehatan manusia, dan tentu saja bagi keberlanjutan sektor pertanian
dan kehidupan para petani.
Sebagai contoh, pestisida kimiawi yang digadang-gadang sebagai pembasmi hama justru
menimbulkan ledakan hama. Penyebabnya, secara perlahan sejumlah jenis hama mengalami
evolusi dan menjadi kebal terhadap pestisida. Racun pestisida kimiawi juga turut membasmi
hewan yang menjadi pemangsa alami para hama tanaman. Sehingga populasi hama yang
kebal tidak lagi dapat diatasi dengan penggunaan pestisida maupun oleh pemangsa alami
yang ada di alam.
Bab 1 Pertanian dan Pestisida v