Page 29 - 02. BUKU PINTAR JUJUR DAN MURAH HATI FINAL for web
P. 29

Yang perlu diingat adalah kejujuran itu spontan, hanya kebohongan yang disiapkan. Jadi, mengulangi   hirarki lebih tinggi dibandingkan yang lain. Agar seseorang menempati posisi lebih tinggi dalam hirarki
 dusta apa pun putihnya, adalah latihan untuk menjadi orang berbohong. Jika seseorang sadar sudah   maka orang-orang berupaya melakukan manajemen kesan supaya terlihat lebih baik.
 melakukan dusta berkelanjutan sekalipun itu putih, jalan terbaiknya adalah berhenti. Jika kita menemui   Kedua, bohong tumbuh pada masyarakat yang relasi sosialnya terdapat dominasi. Seseorang tentu
 orang yang suka berbohong, apa pun yang dibicarakannya itu pasti banyak kebohongan. Beratnya untuk   akan menghadapi yang lebih berkuasa dengan cara berbeda dengan ketika menghadapi yang kurang
 bohong itu hanya terasa bagi orang yang mau berbuat jujur. Orang yang tidak jujur sangat mudah   berkuasa. Jika kita selalu membangkang pada yang berkuasa, bukankah kita akan mendapat kesulitan?
 berbohong.
            Pada saat seorang anak berbohong pada orangtuanya, tidak lain karena orangtua memunyai dominasi
 Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa dalam seminggu seseorang melakukan kebohongan   kekuasaan. Sang anak khawatir akan mendapatkan hukuman dari orangtua jika mengatakan kebenaran,
 antara 0 atau tidak sama sekali, sampai 46 kali kebohongan. Itu berarti ada orang yang berbohong rata-  dan oleh karena itu diungkapkanlah kebohongan. Pada saat kita berbohong pada penagih utang,
 rata sampai 6 kali dalam sehari. Penelitian itu juga menemukan bahwa masyarakat umumnya melakukan   bukankah karena dalam hubungan itu, si penagih utang adalah pihak yang dominan?
 kebohongan  minimal  1  kali dalam  satu hari  pada  saat berinteraksi  dengan  orang lain.  Mahasiswa
 melakukan rata-rata 2 kebohongan setiap hari. Mereka berbohong 1 kali dalam setiap 3 kali interaksi.
 Artinya, sepertiga interaksi yang dilakukan mengandung kebohongan.

 Pastinya ada alasan mengapa orang sering berbohong. Satu hal yang pasti adalah karena bohong
 dianggap “menguntungkan”, baik bagi pelakunya maupun bagi kehidupan sosial. Keuntungan bagi
 pelaku kebohongan sangat jelas, entah itu untuk keuntungan psikis maupun keuntungan material. Dalam
 interaksi sosial, bohong menjadi sarana bagi seseorang untuk melakukan manajemen kesan, mengatur
 emosi, dan memberikan dukungan sosial. Lalu apa keuntungan bagi kehidupan sosial?

 Kebohongan  dalam  masyarakat berguna untuk  menjaga  terciptanya lingkungan sosial yang  erat.
 Bohong  merupakan  perantara  bagi  banyak  orang  untuk  menunjukkan  dukungan  sosial kepada  yang
 lainnya. Pada saat kesusahan, berbagai basa-basi menunjukkan perhatian dan keprihatinan, yang tentunya
 banyak mengandung kebohongan, diucapkan. Hal itu dilakukan tidak lain untuk menunjukkan adanya
 saling dukung dalam masyarakat. Dan semua orang maklum dengan jenis kebohongan seperti ini.

 Bohong juga dilakukan untuk menciptakan keteraturan dan menjamin bahwa tata krama dalam
 masyarakat diterapkan. Bayangkan, jika seseorang selalu mengatakan apa adanya mengenai pendapat
 pribadinya tentang sesuatu kepada orang lain, maka yang terjadi adalah geger sosial. Apa mungkin kita
 mengatakan jelek anak tetangga kita yang memang jelek, di depan orangtuanya? Kalau kita mengatakan   Gambar 3.2. Agar anak tidak sering berbohong kepada orangtuanya, berikan rasa nyaman kepada anak.
                          Sumber: http://default.tabloidnova.com/article.php?name=/5-kebiasaan-buruk-ayah--ibu&channel=keluarga&print=1
 begitu, dijamin kita tidak akan punya teman. Semua tetangga bakal menghindari kita. Keramahtamahan
 adakalanya juga sering dihiasi ketidakjujuran. Mempersilakan mampir seseorang, padahal hati tidak ingin
 orang itu mampir. Itu adalah hal yang biasa, bukan? Tapi, setiap orang telah maklum, bahwa ramah-tamah   Ketiga, bohong tumbuh pada masyarakat yang mengajarkan kepatuhan. Setiap kepatuhan diharapkan
 semacam itu, tidaklah bermaksud sungguhan, walau kadangkala juga ada yang sungguhan.  maka juga melahirkan kebohongan. Pada masyarakat di mana tata aturan norma sangat berat dan di
            mana pelanggaran dijatuhi hukuman berat, bukankah menjadi wajar jika melakukan kebohongan untuk
 Tidak ada masyarakat yang pernah diketahui, yang sama sekali terbebas dari bohong. Penelitian
 menunjukkan bahwa hampir semua bentuk masyarakat yang ada di dunia ini, terdapat perilaku bohong di   menghindari kesulitan?
 antara anggota-anggotanya. Mengapa dapat terjadi demikian? Pertama, bohong tumbuh pada masyarakat   Adakah bentuk masyarakat tanpa kebohongan? Pertanyaannya justru adakah masyarakat yang benar-
 yang memiliki perbedaan kelas-kelas sosial. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang menjadi atasan,   benar setara, di  mana tidak ada kelas sosial, tidak ada relasi yang mendominasi, tidak ada tata aturan
 ada yang menjadi bawahan. Ada yang berkuasa ada yang tidak, dan seterusnya. Selama ada kelas-kelas   norma yang mengikat kepatuhan? Sebab hanya masyarakat yang setara yang dapat menghindarkan
 sosial tersebut, adalah mustahil untuk meniadakan kebohongan.   terjadinya  kebohongan.  Terdapat  satu  lagi  bentuk  masyarakat  yang  memungkinkan  memunculkan
            perilaku bohong lebih sering, yakni masyarakat yang mengharapkan anggota-anggotanya menunjukkan
 Kelas sosial berimplikasi pada munculnya beragam tata krama untuk menyesuaikan perilaku dengan
 kelas-kelas sosial yang ada. Seseorang dari kelas sosial rendah diharapkan berbeda dalam bersikap dan   perhatian lebih besar dalam bentuk dukungan sosial, dukungan emosional, atau kepedulian. Pada bentuk
            masyarakat yang mengajarkan moral demikian itu, maka anggota-anggotanya akan berusaha sedapat
 berperilaku menghadapi kelas sosial yang setara maupun yang lebih tinggi. Seorang bawahan diharapkan   mungkin  mewujudkannya  meskipun dalam bentuk kebohongan. Bukankah  kita akan  disebut kurang
 akan berbeda cara dalam menghadapi sesama bawahan dengan menghadapi atasan. Persetujuan lebih   ajar jika pada saat ada kematian tetangga, kita malah menyetel musik keras-keras?! Bahkan, meskipun
 sering diberikan kepada atasan. Perbedaan kelas sosial menunjukkan adanya hirarki. Seseorang yang lebih   kita tidak turut berduka, kita tetap dituntut menunjukkan perilaku berduka.
 baik dari segi apa pun, baik itu harta, pengetahuan, penampilan atau lainnya, tentu akan menempati



 22  Buku Pintar Jujur dan Murah Hati                                         Bab 3 Kebohongan VS Kejujuran  23
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34