Page 24 - 02. BUKU PINTAR JUJUR DAN MURAH HATI FINAL for web
P. 24
G. Selangkah Lebih Maju Bab 3
“Tak ada gading yang tak retak”, tidak ada orang sempurna, semua pasti pernah melakukan kesalahan. Kebohongan VS Kejujuran
Begitulah kurang lebih arti pepatah di atas. Setiap diri kita pasti sering kali melakukan kesalahan namun
ketika kita menyadari kesalahan itu segeralah memperbaikinya.
Kesalahan yang sering kita lakukan biasanya adalah ketidakjujuran terhadap diri sendiri, orang lain, A. Kisah-Kisah Bohong Putih
dan lingkungan. Tidak jujur terhadap orang lain dan lingkungan, masih termasuk mudah untuk diperbaiki
karena efek dari tidak jujur kepada orang lain biasanya langsung dirasakan oleh orang lain dan dirinya Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan “bohong putih”, cermatiah kisah-kisah berikut ini.
sendiri. Misalkan, ketika kita diberikan amanah untuk membeli barang namun ketika ada kelebihan
uangnya tidak dikembalikan, maka dipastikan kita tidak akan dipercaya orang lagi. 1. Kisah Puntadewa dengan Resi Durna
Puntadewa merupakan pembarep, alias anak pertama, dari kelompok Pandawa. Ia punya watak tak
Namun, jujur yang sulit adalah ketika harus jujur pada diri sendiri. Orang yang dapat melakukan
hal ini adalah orang yang sudah memiliki kesadaran yang tinggi. Jujur pada diri sendiri efek jangka pernah bohong sedikit pun. Ia juga tak pernah berkata “tidak” bila dimintai pertolongan. Dalam kisah
pedalangan, pernah ada yang meminta kulit dan daging tangannya. Ia pun memberikannya. Pernah
pendeknya memang hanya untuk dirinya sendiri sedangkan efek jangka panjang baru dirasakan oleh pula ada yang meminta kerajaannya. Ia memberikannya tanpa berat hati. Selain Puntadewa, ternyata
orang lain. Misalnya, masalah jam kerja. Di kantor diberikan jam kerja minimal 8 jam sehari untuk semua anak kedua kelompok Pandawa juga memiliki watak yang sama. Anak kedua ini bernama Werkudara
karyawan. Namun 8 jam sehari biasanya tidak dilakukan dengan maksimal, biasanya yang efektif terpakai atau dikenal juga sebagai Bima. Ia adalah pria yang gagah, berukuran tubuh raksasa, tapi sangat lugu.
hanya 5-6 jam kerja, sisanya biasanya untuk chatting, browsing, ke toilet, dan lain-lain. Coba kita teliti,
apakah kita sudah jujur menggunakan jam kerja kita? Jika kita jujur, maka jawaban kita adalah ternyata Dalam masyarakat Jawa kuno terdapat kebiasaan mensakralkan perkataan pemimpin, khususnya
kita tidak jujur dengan waktu. raja. Mereka akan sangat mendengar dan mematuhi perkataan raja. Sami’na wa atha’na (Kami dengar
dan kami lakukan). Mereka memandang raja sebagai dewa atau utusan Tuhan. Wibawa spiritual itulah
Akan tetapi, apakah kita terlambat? Belum, semua masih dapat diperbaiki. Selama kita masih diberikan
kesempatan hidup oleh Tuhan, maka semua tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan. Lakukanlah yang membuat sabda raja didengar, bahkan menjadi undang-undang. Maka, dalam ajaran kepemimpinan
perbaikan sedikit demi sedikit, jangan pernah menyerah atau malu. Niatkan dalam hati untuk selalu jujur Jawa diharapkan agar raja jangan berbasa-basi tanpa konteks yang tepat.
dan pastinya pada saat itu kita sudah selangkah lebih maju. Dalam lingkungan orang yang sangat menjaga kata-kata itulah Puntadewa yang “lebih ekstrim”
menjaga lisan berada. Ia tidak pernah berbohong. Pada suatu ketika, dalam suatu perang, sengaja disebar
isu bahwa Aswitama, putra Resi Durna—guru Pandawa, meninggal. Berita ini sengaja disebarkan supaya
semangat Resi Durna mengendur dan kehilangan konsentrasi. Memang dalam peperangan itu ada yang
bernama Tama yang tewas. Ia adalah seekor gajah. Disebutlah
Hestitama alias gajah bernama Tama. Kata-kata Hestitama inilah
yang dipelesetkan para penyebar isu menjadi “Aswitama”. Mereka
berteriak, “Aswitama meninggaaall!!!” Padahal, yang meninggal
ialah Hestitama.
Resi Durna sangat terkejut mendengar berita itu. Beliau
tidak percaya. Lalu, ia datang pada Puntadewa yang dikenal
tak pernah berdusta. Puntadewa pun mencari akal. Di satu sisi
ia tidak ingin berdusta. Di sisi lain, ia ingin Resi Durna—guru
yang tidak pantas dicontoh dan ditiru—ini dikalahkan. Setelah
berpikir lama, akhirnya Puntadewa berkata, “Benar, Hestitama
meninggal.” Puntadewa mengatakan “Hesti” dengan sangat
lirih dan “Tama” dengan cukup jelas, sehingga Sang Resi hanya
mendengar, “…itama meninggal”. Resi mengira Puntadewa
berkata, “Aswitama meninggal”. Maka, pingsanlah Sang Resi, lalu
Gambar 3.1. Pundadewa tokoh
kepalanya dipenggal. Ia meninggal menyusul gajah yang dikira pewayangan yang mempunya sifat sangat
putra terkasihnya. Puntadewa mengatakan fakta, hanya dengan jujur namun membuat kebohongan putih.
cara yang aneh. Ternyata, ia pun mampu berdusta walaupun itu Sumber: http://www.chicagogamelan.org/
adalah dusta putih. wayang/Images/Puntadewa.jpg
18 Buku Pintar Jujur dan Murah Hati Bab 3 Kebohongan VS Kejujuran 19