Page 47 - 02. BUKU PINTAR JUJUR DAN MURAH HATI FINAL for web
P. 47
menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Diceritakannya tentang
penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Khalifah Umar mengintipnya. gadis jujur penjual susu itu. “Anakku menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya,” kata
Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu. Khalifah Umar. “Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada
manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat.”
“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu. “Mungkin karena
musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit.” Ashim bin Umar menyetujuinya. Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut
ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan ditangkap
“Benar anakku,” kata ibunya.
karena suatu kesalahan.
“Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita dapat
memerah susu sangat banyak,” harap anaknya. “Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan
tangkap kami…,” sahut ibu tua ketakutan.
“Hmm…, sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting
semakin berat saja. Ibu khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya.
anak gadisnya.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi
susu. “Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putra khalifah, tidak selayaknya menikahi gadis miskin
seperti anakku?” tanya ibu dengan perasaan ragu.
“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat. “Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita “Khalifah adalah orang yang tidak membedakan manusia. Sebab, hanya ketakwaanlah yang
cepat bertambah.”
meninggikan derajat seseorang di sisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum.
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan
letih menghadapi tekanan yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia “Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur,” kata Khalifah Umar.
segera menolak keinginan ibunya. “Tidak, Bu!” katanya cepat. “Khalifah melarang keras semua penjual Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya. Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini
susu mencampur susu dengan air.” Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang ia belum pernah mengenal mereka.
berbuat curang kepada pembeli.
“Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan
“Ah! Kenapa kaudengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau kalian…,” jelas Khalifah Umar.
tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal.
Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana dengan menilai seseorang bukan dari
“Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada kekayaan tapi dari kejujurannya. Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat
pembeli?” tanya si anak. bahagia dan membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa tahun kemudian,
mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab, yakni
“Tapi tidak akan ada yang tahu kita mencampur dengan air! Tengah malam begini tak ada yang Umar bin Abdul Aziz.
berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,” kata ibunya tetap memaksa. “Ayolah,
Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!”
“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu C. Kisah Seorang Petani Miskin
dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita
menyembunyikannya,” tegas anak itu. Sebut saja namanya Suwito. Ia adalah seorang petani jagung miskin. Dalam periode waktu tertentu,
Suwito menjual 5 kilogram jagung hasil dari kebunnya kepada Rahmat, seorang pedagang pasar.
Ibunya hanya menarik nafas panjang. Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti
suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya. Pada suatu hari, Rahmat iseng-iseng menimbang jagung yang dibelinya dari Suwito, untuk mengetahui
apakah benar jagung seberat 5 kilogram itu, jumlahnya sesuai timbangan. Ketika memperhatikan hasil
“Aku tidak mau melakukan ketidakjujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin, Allah tetap timbangan, Rahmat cukup geram karena ternyata jagung yang dibelinya dari Suwito kurang dari 5
selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,” kata anak itu.
kilogram. Ia sangat marah hingga akhirnya mengadukan Suwito ke polisi dengan tuduhan penipuan.
Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan Kasus timbangan jagung yang kurang ini berlanjut kepengadilan. Suwito duduk sebagai terdakwa.
pekerjaannya hingga beres. Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan Pada saat sesi tanya-jawab dengan terdakwa, hakim mengajukan pertanyaan kepada Suwito. “Saudara
itu.
terdakwa, apakah saudara memunyai timbangan di rumah saudara?”
“Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!” gumam Khalifah Umar. Dia beranjak meninggalkan
gubuk itu kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.
40 Buku Pintar Jujur dan Murah Hati Bab 5 Kisah-kisah Hebat tentang Kejujuran dan Kemurahan Hati 41