Page 47 - Berlatih Membuat Skenario Film Sekolah
P. 47
1. Deskripsi
Tak satu pun penulis yang dapat melewatkan deskripsi. Deskripsi merupakan
cara jitu di dalam “melukiskan” ide si pengarang ke dalam benak pembacanya.
Deskripsi memiliki tahapan tertentu. Pada mulanya, seorang penulis dapat saja
menggambarkan ruang, seseorang, atau suasana dengan menuliskan apa yang
di-inderanya tanpa melibatkan emosinya sama sekali. Akan tetapi, seorang
penulis yang sudah lebih berpengalaman akan dapat melukiskan sebuah
ruangan dengan menggunakan pengetahuan emosionalnya.
Deskripsi tidak hanya ditampilkan dalam bentuk uraian narasi, tetapi juga
dapat muncul dalam bentuk dialog atau pembicaraan tokoh dengan tokoh
lainnya. Lewat dialog para tokohnya, kita dapat memahami atau mendapatkan
gambaran apa, siapa, dan bagaimana, baik si tokoh, lawan bicaranya atau
situasi yang melatari sebuah peristiwa tersebut. Karenanya, sebuah dialog,
hendaknya merupakan hal yang patut diperhatikan dengan lebih cermat; pilihan
kata, kelazimannya dan sebagainya, hendaknya masuk dalam pertimbangan
seorang penulis.
2. Bahasa
Skenario adalah sebuah ekspresi personal. Skenario adalah sebuah cerita
dan karenanya berbeda dari berita. Karena skenario adalah sebuah ekspresi
personal, maka bahasa yang digunakan hendaknya sesuatu yang memang
personal, unik, kaya akan dialek dan idiolek. Dengan sendirinya, sebuah cerpen
yang menggunakan bahasa “bombastis” atau ungkapan-ungkapan yang berbau
slogan, akan terasa janggal atau dapat dikatakan gagal sebagai sebuah cerita.
Sebaliknya, skenario yang sarat akan ungkapan-ungkapan yang “membumi”
atau akrab dengan pembacanya, terasa lebih hidup, bernapas dan berdarah-
daging bagi pembacanya.
Selain itu, skenario sangat membutuhkan bahasa yang konotatif. Dengan
bahasa, ungkapan, yang konotatif sebuah cerita akan dapat memberi ruang
penafsiran yang cukup bagi pembacanya. Di sinilah sebenarnya kekuatan
sebuah fiksi. Dengan bahasa yang konotatif, pembaca akan dibawa ke suatu
Bab 3 Tahap Pemahaman Teknik Penulisan Skenario 41