Page 18 - Buku Mengenal Pestisida Nabati
P. 18

Revolusi  hijau  kemudian  dianggap  sebagai  jalan  terbaik untuk mengatasi  kelaparan  dan
               krisis pangan  yang terjadi di banyak negara  setelah berakhirnya  Perang Dunia  II,  terutama
               di kawasan  Asia-Pasifik yang menjadi medan peperangan pada masa  PD  II tersebut.
               Norman Borlaug yang dianggap sebagai pengagas  gerakan Revolusi Hijau pun dianugerahi
               penghargaan Nobel Perdamaian 1970.

                   Keberhasilan modernisasi budidaya gandum di Meksiko ditiru untuk modernisasi budidaya
               padi di Filipina. Konsep Revolusi Hijau pun menyebar ke sejumlah wilayah Asia, termasuk ke
               Indonesia. Program yang diprakarsai Amerika Serikat tersebut diikuti oleh pemerintah Indonesia
               yang memang berambisi besar untuk meningkatkan produksi pangan dan mencapai khususnya
               swasembada beras.


                   Revolusi  Hijau  di  Indonesia  dilakukan  melalui  ekstensifikasi  dan  intensifikasi  pertanian.
               Ekstensifikasi  dengan perluasan lahan pertanian. Keterbatasan lahan menyebabkan
               pengembangan lebih banyak pada intensifikasi melalui program yang diberi nama Panca Usaha
               Tani, yang meliputi hal-hal berikut ini.

               1.   Teknik pengolahan lahan pertanian.
               2.   Pengaturan irigasi.

               3.   Pemupukan.
               4.   Pemberantasan hama.
               5.   Penggunaan bibit hibrida.



                   Benih unggul yang digunakan dalam program Revolusi Hijau membutuhkan sistem pengairan
               yang teratur sehingga pembangunan infrastruktur irigasi dilakukan secara besar-besaran.
               Jenis bibit hibrida tersebut juga memerlukan pupuk kimia dan pestisida kimia besar-besaran.

               Dengan menitikberatkan pada penggunaan bibit hibrida, irigasi teknis, pupuk kimia, pestisida,
               dan mesin-mesin pertanian baru yang bergantung pada bahan bakar fosil membawa Indonesia
               mencapai swasembada beras selama tahun 1984 - 1989.

                   Swasembada beras yang dicapai melalui program Revolusi Hijau tidak bertahan lama. Pada
               gilirannya, Revolusi Hijau membawa kerugian yang tak kalah dahsyat. Sejak tahun 1990-an, program
               Revolusi Hijau seperti mengalami titik-balik dan mendapat banyak kritik karena menyebabkan
               banyak dampak buruk, di antaranya adalah dampak-dampak buruk berikut ini.



               1.     Menghilangnya Organisme Penyubur Tanah
                      Penggunaan bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian pertanian baik berupa
                      pupuk maupun  pestisida  telah merusak struktur, kimia, dan biologi  tanah. Perubahan
                      tersebut membuat berbagai organisme penyubur tanah berkurang. Padahal organisme
                      semisal cacing, orong-orong, hingga jenis-jenis mikroorganisme berupa bakteri dan jasad
                      renik lainnya sangat berperan dalam mempertahankan kesuburan alami tanah.









                 10      Mengenal Pestisida Nabati
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23