Page 10 - Strategi Belajar Berorientasi Kecerdasan Majemuk
P. 10
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana
tindakan—atau rangkaian kegiatan—yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru
sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya di sini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas
dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun, sebelumnya perlu
dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
A. Hakikat Pembelajaran
Hakikat pembelajaran adalah terjadinya perubahan perilaku. Semua pakar pendidikan, baik secara
tersurat maupun tersirat, berpandangan demikian. Ki Hajar Dewantara, Witherington, Hilgard, dan yang
lainnya memberikan penekanan yang sama, belajar berarti perubahan perilaku, tentu saja perilaku yang
lebih baik dari sebelumnya. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran harus menghasilkan peserta didik
yang semula tidak dapat menjadi dapat, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil,
dari tidak punya kepribadian menjadi berkepribadian, dari tidak punya karakter menjadi berkarakter, dan
seterusnya.
Sudah berhasilkah kita sebagai guru menanamkan hakikat pembelajaran kepada para peserta
didik? Sudah tertanamkah karakter yang baik pada diri peserta didik kita? Sudahkah kita menyajikan
model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa? Sederet pertanyaan dapat saja menggelitik kita
melihat kenyataan masih ada siswa yang bermalas-malasan ke sekolah, mengikuti kegiatan pembelajaran
dalam suasana tertekan, tidak konsentrasi dalam belajar. Masih ada siswa yang berkarakter buruk, suka
bertengkar, tawuran antar-pelajar, atau bahkan menghasilkan lulusan yang korup, dan bermacam-macam
perilaku buruk lainnya.
Kegagalan siswa dalam kegiatan pembelajaran, harus diakui, kesalahan kita sebagai guru dalam
menerapkan metode pembelajaran. Model-model pembelajaran yang tak terbatas jumlah dan variannya
masih belum diterapkan secara maksimal. Kita sering terjebak pada rutinitas cara mengajar yang bagi
siswa membosankan, monoton.
Paradigma baru pembelajaran di sekolah perlu dikedepankan untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan seharusnya kita
kembalikan pada hakikat pembelajaran dengan prinsip-prinsip seperti tertera di bawah ini.
1. Belajar boleh salah.
Dapat berdiri, berjalan, bahkan berlari karena di masa kanak-kanak selalu rajin belajar dari kesalahan.
Orangtua kita dan orang-orang di sekeliling kita selalu memberi motivasi ketika kita mencoba berdiri,
berjalan, dan akhirnya terjatuh. Mereka akan menghibur kita jika menangis karena kesakitan atau
bahkan lutut lecet akibat terjatuh akibat belajar berdiri dan berjalan. Adakah orangtua yang marah
ketika anaknya terjatuh karena belajar berjalan? Sementara itu, masih ada guru yang memarahi
peserta didik karena melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas. Seandainya kita dimarahi ketika
terjatuh saat belajar berdiri dan berjalan di masa kanak-kanak, mungkin kita tidak akan pernah dapat
berjalan, apalagi berlari.
4 Strategi Belajar Berorientasi Kecerdasan Majemuk