Page 31 - Strategi Belajar Berorientasi Kecerdasan Majemuk
P. 31

B. Konsep Kecerdasan Majemuk


                   Teori Kecerdasan Majemuk adalah sebuah fenomena dalam dunia pendidikan di akhir abad ke-20.
               Teori  ini  menjadi  sebuah  tren  dalam  dunia  pendidikan  Indonesia  akhir-akhir  ini.  Adalah  Howard  Earl
               Gardner—yang lahir pada tahun 1943—seorang peneliti di Project Zero milik Universitas Harvard, yang
               mencetuskan ide mengenai kecerdasan yang menentang aliran kecerdasan utama dan tradisional yang
               ada pada saat itu. Ide tersebut dituangkannya dalam buku Frames Of Mind (1983) yang kemudian diikuti
               oleh belasan buku lain yang mengulas mengenai kecerdasan majemuk ini.
                   Pemahaman tradisional mengenai kecerdasan berawal dari kejadian ketika para pemimpin kota Paris
               berkumpul di La Belle Epoque pada tahun 1900 dan berbicara dengan seorang ahli psikologi bernama
               Alfred Binet dengan permintaan yang tidak biasa, ”Apakah Anda mampu merancang sebuah ukuran yang

               dapat memperkirakan anak muda mana yang akan sukses dan mana yang akan gagal dari sekolah dasar
               Paris?” Kenyataan sejarah yang terjadi, Binet memenuhi permintaan tak biasa tersebut. Dalam waktu
               singkat, penemuannya menjadi terkenal dengan sebutan ”tes kecerdasan”; ukurannya, ”IQ”.
                   Seperti model baju hasil perancang terkenal Paris, tes tersebut kemudian tersebar ke negara-negara
               lain, terutama Amerika Serikat. Pasca-Perang Dunia I, tes IQ dipakai untuk menguji satu juta orang Amerika
               yang mendaftar menjadi tentara, dan benar-benar mencapai kesuksesan. Sejak saat itu, tes IQ menjadi
               salah satu sukses terbesar ilmu psikologi; sebuah alat ukur yang ilmiah dan berdaya besar (powerful).
                   Namun, hegemoni  IQ lama-kelamaan  membuat banyak orang  ragu  mengenai  konsep  kecerdasan
               yang dibawanya mulai dari Leo Vygotsky, Robert J. Stenberg, sampai Daniel Goleman. Dengan berawal
               dari keraguan atas pemahaman tentang kecerdasan yang selama ini ada, Gardner kemudian menyusun
               sebuah konsep yang akhirnya kita kenal sebagai Teori Kecerdasan Majemuk. Howard Gardner melihat
               kecerdasan sebagai kapasitas seseorang untuk memecahkan masalah, atau untuk menciptakan sesuatu
               yang berharga untuk sebuah atau beberapa latar budaya. Gardner menyusun kriteria-kriteria yang disebut
               sebagai ”tanda” kecerdasan sebagai berikut.

               1.  Isolasi kemampuan akibat kerusakan otak.
                   Setiap kecerdasan dilaksanakan oleh salah satu bagian otak. Bila bagian dari otak tadi diisolasi atau
                   lumpuh  seperti  dalam  kasus  pasien  yang  menderita  luka  otak,  harus  terbukti  bahwa  kecerdasan
                   tersebut lenyap. Contoh yang jelas ialah bagaimana suatu kemampuan berbahasa lenyap bila bagian
                   tertentu dari otak seorang pasien mengalami luka. Jadi, kecerdasan harus dibuktikan dengan adanya
                   kemungkinan melakukan isolasi terhadap bagian otak tertentu.

               2.  Keberadaan idiot savant (orang yang sangat cerdas pada hal tertentu tetapi tidak memahami hal yang
                   lain), anak-anak autis, dan orang-orang yang memiliki kelebihan.

               3.  Seperangkat kinerja atau kinerja inti (core operation) yang dapat dikenali.
                   Setiap kecerdasan memiliki inti dari rangkaian operasinya. Jadi, misalnya, kecerdasan verbal/linguistik

                   memiliki inti berupa kemampuan untuk mengolah kata dan berbahasa.
               4.  Sejarah  perkembangan  yang  jelas,  diikuti  dengan  seperangkat  unjuk  kerja  end-state yang dapat

                   dijelaskan.









                                               Bab 3 Penerapan Kecerdasan Majemuk dalam Proses Pembelajaran  25
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36