Page 39 - Strategi Belajar Berorientasi Kecerdasan Majemuk
P. 39
kapasitas dalam kedelapan kecerdasan tersebut. Tentu saja kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi
secara bersamaan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Beberapa orang memiliki
tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir semua kecerdasan–misalnya, Sukarno selain sebagai
teknisi (ilmuwan) dia juga sebagai seorang negarawan, budayawan, dan penulis yang amat baik. Sebagian
yang lain, seperti yang ada di SLB-keterbelakangan mental, tampaknya memiliki kekurangan dalam semua
aspek kecerdasan, kecuali aspek kecerdasan yang paling mendasar. Secara umum kita berada dalam 2
kutub tersebut–sangat berkembang dalam sejumlah kecerdasan, cukup berkembang dalam kecerdasan
tertentu, dan relatif agak terbelakang dalam kecerdasan yang lain.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan
yang memadai.
Walapun semua orang memunyai kekurangan dalam kecerdasan tertentu, namun diyakini bahwa
sebenarnya setiap orang dapat mengembangkan kedelapan kecerdasan tersebut agar lebih optimal.
Walapun optimalitas masing-masing kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu juga akan berbeda-
beda. Hal tersebut akan sangat dipengaruhi oleh dukungan dan fasilitas, pengayaan, dan pengajaran.
Ada banyak contoh bahwa anak yang dilahirkan di keluarga seniman seperti keluarga Afandi akan
melahirkan anak-anak yang pandai melukis. Namun demikian mungkin kepiawaian mereka dalam
melukis tidaklah sehebat ayahnya. Begitu juga anak-anak yang terlahir dalam keluarga yang memunyai
dukungan dan pembelajaran yang lain.
3. Kecerdasan-kecerdasan pada umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.
Semua kecerdasan yang telah dipaparkan di atas sebenarnya tidak dipisahkan satu sama lainnya.
Kedelapan kecerdasan tersebut tidaklah bekerja secara sendiri-sendiri. Untuk memasak misalnya
orang harus membaca resep (linguistik), mungkin perlu membaginya menjadi setengah resep
(matematika-logis), membuat menu yang dapat memuaskan semua anggota keluarga (interpersonal),
dan juga memenuhi selera sendiri (intrapersonal). Demikian pula ketika anak sedang bermain sepak
bola, ia membutuhkan kecerdasan kinestetik-jasmani (berlari-menendang-atau menangkap bola),
kecerdasan spasial (mengorientasikan diri di lapangan dan mengantisipasi bola yang melayang), serta
kecerdasan linguistik dan interpersonal (dapat memberikan argumen yang benar ketika protes dengan
wasit).
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
Tidak ada standar baku yang harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas. Mungkin saja
seseorang tidak dapat membaca, namun memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi karena dia dapat
menyampaikan informasi yang memukau atau memiliki kosa kata lisan yang amat luas sebagaimana
dimiliki oleh Nabi Muhammad. Demikian pula mungkin seseorang tampak kaku ketika harus tampil
di lapangan basket, namun memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani yang tinggi saat harus menari.
Teori multiple intelligences menekankan pada keanekaragaman seseorang dalam mencapai tingkat
tertinggi untuk dapat disebut cerdas.
Bab 4 Mengembangkan Kreativitas dalam Proses Pembelajaran 33